Wednesday, September 21, 2011

Cinta Tak Selalu Berwujud Bunga

sekedar di baca aja, kalau kalian suka just "like it"...
cerita ini aku dapet dr salah satu blog orang, ceritanya bagus dan sedikit memberikan suatu pelajaranlah buat kita para lelaki yang kelak menjadi calon pemimpin rumah tangga,,,,


------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suamiku adalah seorang insinyur. Aku mencintai sifatnya yang
alami & aku suka perasaan hangat yang muncul di hatiku kala bersandar di
bahunya yang bidang.


Tiga tahun dalam masa perkenalan, & dua tahun dalam
pernikahan, harus kuakui, bahwa aku mulai merasa lelah. Alasan-alasan aku
mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.


Aku adalah seorang wanita yang sentimentil & benar-benar
sensitif, serta berperasaan halus. Aku merindukan saat-saat romantis seperti
seorang anak kecil yang menginginkan permen.


Tapi semua itu tidak pernah aku dapatkan. Suamiku jauh
berbeda dari yang aku harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya
dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan
semua harapanku akan cinta yang ideal.


Suatu hari aku beranikan diri untuk mengatakan keputusanku
kepadanya, bahwa aku ingin bercerai.


“Mengapa?,” dia bertanya dengan terkejut.


“Aku lelah. Kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang aku
inginkan.”


Dia terdiam & termenung sepanjang malam didepan
komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.


Kekecewaanku makin bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak
dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya?
Akhirnya dia bersuara,”Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?”


Aku tatap matanya dalam-dalam & menjawab pelan,”Aku
punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya dalam hatiku, aku akan
mengubah keputusanku. Seandainya aku menyukai setangkai bunga indah yang hanya
ada di suatu tebing gunung, dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu
kamu akan mati. Apakah kamu akan tetap melakukannya demi aku?”


Dia termenung dan berkata,”Aku akan memberikan jawabannya
besok.”


Hatiku langsung gundah mendengar jawabannya.


----

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan aku menemukan
selembar kertas dengan coretan tanganya dibawah sebuah gelas yang berisi susu
hangat yang bertuliskan…


“Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu. Tapi
ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.”


Kalimat pertama ini sudah cukup meruntuhkan hatiku. Aku coba
untuk melanjutkan membacanya.


“Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan
program di PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor. Dan saya harus
memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu & memperbaiki programnya.


“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar
rumah, & saya harus memberikan kaki saya untuk bisa mendobrak pintu, dan
membukakan pintu untukmu ketika pulang.


“Kamu suka jalan-jalan keluar kota, tapi selalu nyasar di tempat-tempat
baru yang baru kamu kunjungi, aku harus menunggu di rumah agar bisa memberikan
mataku untuk mengarahkanmu.


“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baikmu’ datang
setiap bulannya, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang
pegal hingga kamu tertidur.


“Kamu senang diam di rumah, dan aku selalu kuatir kamu akan
menjadi ‘aneh’. Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di
rumah. Atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu & konyol
yang aku alami.


“Kamu selalu menatap laptop-mu, membaca buku sambil tiduran,
dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Aku harus menjaga mataku agar ketika
kita tua nanti aku masih bisa menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu.


“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menyusuri
pantai, menikmati matahari pagi & pasir yang indah. Menceritakan warna-wani
bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.


“Tapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk
mati.


“Karena aku tak sanggup melihat air matamu mengalir
menangisi kematianku.


“Aku tahu ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari
aku mencintaimu. Untuk itu, Sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku,
kakiku, mataku tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu untuk mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”


Air mataku tumpah diatas tulisannya hingga membuat tintanya
menjadi kabur, tap aku berusaha tetap membacanya.


“Dan sekarang, Sayangku, kamu telah selesai membaca jawabanku.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal
di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri
disana menunggu jawabanmu.


“Atau jika kamu tidak puas, biarkan aku masuk untuk
membereskan barang-barangku dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.


“Percayalah, bahagiaku bila kamu bahagia.”


Aku segera berlari membuka pintu & melihatnya berdiri di
depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu & roti
kesukaanku.


Oh Tuhan, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah
mencintaiku lebih dari dia mencintaiku.


Itulah cinta, disaat kita merasa cinta intu telah
berangsur-angsur hilang dari hati karena kita merasa dia tidak dapat memberikan
cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka sesungguhnya cinta itu telah hadir
dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

---

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta
dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.


Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.

Sebuah Muhasabah

artikel baru yg aq dapat, sebuah perihal buat kita agar selalu ingat kepada SANG PENGUASA ALAM,,
untuk kita renungan kembali, agar kita menjadi manusia yg lebih baik...

artikel ini aq copy paste dari sebuah blog,,,

==============================================================

Pada sebuah perjalanan di akhir minggu kemarin aku menyempatkan diri singgah di sebuah mushalla kecil dekat tempatku menitipkan kendaraan, untuk menunaikan shalat dhuhur. Sebuah mushalla yang berdiri di sebuah tempat sederhana dengan pekarangan lembab dan becek karena hujan. Ubin tempat wudhunya pun kotor terkena bercak lumpur merah yang tak sempat disiram. Terbersit perasaan sedih melihat suasana itu, mengingat tempat ini adalah "Rumah Allah".

Seorang anak muda terlentang tidur-tiduran di bawah kipas angin berdebu. Posisi tidurnya membuatku harus mencari tempat agak ke belakang, maklum mushalla ini memiliki ruangan yang kecil. Tak lama setelah itu ia tersadar dan ketika melihatku shalat di belakangnya, ia pun segera bangun dan bersandar di sebuah pilar di tengah ruangan. Tapi terlambat karena aku telah ber-takbiratul ihram, untuk memulai shalat.

Di sudut kiri depan seorang bapak bersarung-berpeci shalat dengan khusuknya. Setelah melihat bapak itu mengucapkan salam, tiba-tiba si anak muda bangkit dan mengumandangkan iqomat. Wah...ternyata shalat berjamaah baru saja dimulai, padahal kupikir shalat dhuhur berjamaah telah lama berlangsung. Tanpa kusadari bahwa adzan belum lama berselang, dan rupanya si anak muda tadi tiduran sambil menunggu jamaah berdatangan. Setelah menunggu cukup lama, sholat berjamaah itu pun berlangsung hanya diikuti satu orang ma'mum saja. Ada rasa menyesal di hatiku tak ikut shalat bersama mereka.

Aku mengakhiri shalat sebelum mereka selesai. Pandangan mataku menyapu ke sekeliling ruangan dan merasa tertarik dengan tempelan-tempelan kertas kusam di papan pengumuman. Ada gambar posisi shalat berjamaah yang benar, termasuk posisi kaki saat kita menjadi ma'mum. Selembar kertas berjudul "Sebuah Muhasabah" memancing rasa ingin tahuku untuk membacanya.

Ada banyak poin pertanyaan ditulis di situ sehingga sulit bagiku untuk mengingatnya. Tapi beberapa poin penting sempat terekam di otakku, diantaranya adalah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Sudahkah Anda menjaga shalat Anda dengan memenuhi panggilan menunaikan shalat 5 waktu secara berjamaah di masjid?
2. Sudahkah Anda shalat secara khusuk, dengan memahami apa yang Anda ucapkan?
3. Sudahkah Anda menunaikan shalat fajar di masjid? (Di sini tidak disebutkan shalat subuh karena diasumsikan bahwa orang yang shalat fajar pasti shalat subuh).
4. Sudahkah Anda membiasakan diri melaksanakan shalat rawatib di sela shalat wajib?
5. Apakah Anda selalu mengingat asma Allah dengan berdzikir usai melaksanakan shalat?
6. Apakah Anda telah bersholawat untuk nabi kita
7. Sudahkah Anda membaca Kalam Ilahi hari ini?
8. Sudahkah Anda membaca Hadits Rasulullah hari ini?
9. Apakah Anda telah berupaya mengurangi bercanda dan banyak tertawa?

Sebuah hadits menyertai pertanyaan di atas. Rasulullah pernah berpesan kepada Abu Hurairah untuk mengurangi tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati. Begitu sabda beliau.
10. Sudahkah Anda berusaha menjauhi orang yang suka mengajak anda berbuat keburukan...?
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang tak sempat aku baca.

Deg...! Hatiku berdebar keras membaca pertanyaan demi pertanyaan tadi yang isinya sangat menohok dengan telak jantungku. Tiba-tiba sebuah cermin serasa berada di depanku memperlihatkan tubuhku yang kumal dan compang-camping. Pantaskah orang seperti ini masuk ke surgamu ya Rabb? Aku limbung, kakiku terasa lemas menahan tubuh ini. Begitu banyak urusan dunia sehingga banyak kewajiban yang Kau buat pun terlewatkan. Aku malu pada diriku yang terlalu banyak memohon dan berharap kemurahanMu, sementara aku masih sering melupakanMu, melupakan kewajibanku. Ya Allah ampuni hambaMu yang dhoif ini.

Di sebuah tempat yang kecil, becek dan kumuh ini telah Kau berikan cahaya buat hatiku yang gelap untuk bermuhasabah, introspeksi diri. Semoga saja aku segera tersadarkan dan mulai meningkatkan kualitas hidup dalam persiapan menghadap ke arasyMu nanti.

BACA INI,,,,### Syukurilah Hidup!!! ####

saya mendapatkan cerita ini dari sebuah blog,,,,
sebuah pelajaran bagi kita,,,,


"Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya. Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi kekasihnya hanya jika dia bisa melihat dunia. Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya. Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia. Apakah kamu mau menikah denganku?" Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata buta. Dia menolak untuk menikah dengannya.

Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik-baik mata saya."

***
Kisah diatas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah . Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hidup adalah anugerah

Hari ini sebelum Anda berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar, ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum Anda mengeluh mengenai cita rasa makananmu, ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau isterimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan meminta pasangan hidup.

Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidupmu, ingatlah akan seseorang yang begitu cepat meninggal dunia.

Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anakmu, ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak kunjung mendapatnya.

Sebelum Anda bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai, ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.

Sebelum merengek karena harus menyetir terlalu jauh, ingatlah akan seseorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.

Ketika Anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu, ingatlah akan para pengangguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Sebelum Anda menuding atau menyalahkan orang lain, ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa sebelum menghadap pengadilan Tuhan.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan berkesempatan memperbaikinya.

Hidup adalah anugerah sekaligus ujian. Jalanilah, nikmatilah, isilah, & syukurilah itu."

SATU KALIMAT YANG saya SUKA,,,,
" Hidup adalah anugerah sekaligus ujian. Jalanilah, nikmatilah, isilah, & syukurilah itu "

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More