Tuesday, January 25, 2011

Patut kita ambil hikmah

sekedar di baca aja, kalau kalian suka just "like it"...
cerita ini aku dapet dr salah satu blog orang, ceritanya bagus dan sedikit memberikan suatu pelajaranlah buat kita para lelaki yang kelak menjadi calon pemimpin rumah tangga,,,,


------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suamiku adalah seorang insinyur. Aku mencintai sifatnya yang
alami & aku suka perasaan hangat yang muncul di hatiku kala bersandar di
bahunya yang bidang.


Tiga tahun dalam masa perkenalan, & dua tahun dalam
pernikahan, harus kuakui, bahwa aku mulai merasa lelah. Alasan-alasan aku
mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.


Aku adalah seorang wanita yang sentimentil & benar-benar
sensitif, serta berperasaan halus. Aku merindukan saat-saat romantis seperti
seorang anak kecil yang menginginkan permen.


Tapi semua itu tidak pernah aku dapatkan. Suamiku jauh
berbeda dari yang aku harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya
dalam menciptakan suasana romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan
semua harapanku akan cinta yang ideal.


Suatu hari aku beranikan diri untuk mengatakan keputusanku
kepadanya, bahwa aku ingin bercerai.


“Mengapa?,” dia bertanya dengan terkejut.


“Aku lelah. Kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang aku
inginkan.”


Dia terdiam & termenung sepanjang malam didepan
komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.


Kekecewaanku makin bertambah. Seorang pria yang bahkan tidak
dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa aku harapkan darinya?
Akhirnya dia bersuara,”Apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?”


Aku tatap matanya dalam-dalam & menjawab pelan,”Aku
punya pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya dalam hatiku, aku akan
mengubah keputusanku. Seandainya aku menyukai setangkai bunga indah yang hanya
ada di suatu tebing gunung, dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu
kamu akan mati. Apakah kamu akan tetap melakukannya demi aku?”


Dia termenung dan berkata,”Aku akan memberikan jawabannya
besok.”


Hatiku langsung gundah mendengar jawabannya.


----

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan aku menemukan
selembar kertas dengan coretan tanganya dibawah sebuah gelas yang berisi susu
hangat yang bertuliskan…


“Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu. Tapi
ijinkan aku untuk menjelaskan alasannya.”


Kalimat pertama ini sudah cukup meruntuhkan hatiku. Aku coba
untuk melanjutkan membacanya.


“Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan
program di PC-nya dan akhirnya menangis didepan monitor. Dan saya harus
memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu & memperbaiki programnya.


“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar
rumah, & saya harus memberikan kaki saya untuk bisa mendobrak pintu, dan
membukakan pintu untukmu ketika pulang.


“Kamu suka jalan-jalan keluar kota, tapi selalu nyasar di tempat-tempat
baru yang baru kamu kunjungi, aku harus menunggu di rumah agar bisa memberikan
mataku untuk mengarahkanmu.


“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baikmu’ datang
setiap bulannya, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kakimu yang
pegal hingga kamu tertidur.


“Kamu senang diam di rumah, dan aku selalu kuatir kamu akan
menjadi ‘aneh’. Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di
rumah. Atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu & konyol
yang aku alami.


“Kamu selalu menatap laptop-mu, membaca buku sambil tiduran,
dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu. Aku harus menjaga mataku agar ketika
kita tua nanti aku masih bisa menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu.


“Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menyusuri
pantai, menikmati matahari pagi & pasir yang indah. Menceritakan warna-wani
bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.


“Tapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk
mati.


“Karena aku tak sanggup melihat air matamu mengalir
menangisi kematianku.


“Aku tahu ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari
aku mencintaimu. Untuk itu, Sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku,
kakiku, mataku tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu untuk mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”


Air mataku tumpah diatas tulisannya hingga membuat tintanya
menjadi kabur, tap aku berusaha tetap membacanya.


“Dan sekarang, Sayangku, kamu telah selesai membaca jawabanku.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal
di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri
disana menunggu jawabanmu.


“Atau jika kamu tidak puas, biarkan aku masuk untuk
membereskan barang-barangku dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.


“Percayalah, bahagiaku bila kamu bahagia.”


Aku segera berlari membuka pintu & melihatnya berdiri di
depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu & roti
kesukaanku.


Oh Tuhan, kini aku tahu, tidak ada orang yang pernah
mencintaiku lebih dari dia mencintaiku.


Itulah cinta, disaat kita merasa cinta intu telah
berangsur-angsur hilang dari hati karena kita merasa dia tidak dapat memberikan
cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka sesungguhnya cinta itu telah hadir
dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

---

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta
dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.


Karena cinta tidak selalu harus berwujud “bunga”.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More